Teoantropoekosentris Secara Sederhana

Pendahuluan

Mari kita dipahami secara sederhana saja agar mudah memahami tentang istilah yang cukup panjang ini (Teoantropoekosentris) dan mengena ke hati kita masing-masing. Karena ini tidak berasal dari bahasa kita sehari-hari melainkan diadobsi dari bahasa Yunani. Namun tidak perlu anti dengan asing, dengan memunculkan ungkapan keyunani-yunanian, atau bila ada kearab-arab, atau kedaerah-daerahan karena kalau berpikir demikian adalah menutup mata dengan pengetahuan. Ini pangkal kejahilan.

Karena tujuan dari tulisan kali ini adalah untuk menyederhanakan sebuah istilah dari tiga bidang keilmuan. perlu penulis jelaskan sudut pandang yang digunakan dalam hal ini adalah kesederhanaan dalam ungkapan adalah awal dalam pemahaman. Allah swt dengan bahasa sederhana bahwa tujuan manusia ke dunia adalah menyembah Allah Swt. Kita membahas panjang lebar tentang teoantropoekosentris ini takut nanti pembaca malah bingung. Lupa intinya kan penulis belum doktor, toh tulisan ini bukan untuk dibaca doktor atau ilmuan, tetapi masyarakat, namanya juga memasarkan istilah. Jadi ato sederhana-sederhana saja. Bila ada doktor profesor yang baca moga bisa diperbaiki dan diluruskan dengan memberikan komentar, atau masukan di kolom komentar.

Teoantropoekosentris ini berasal dari 4 kata yang digabung menjadi satu istilah yang sering muncul dalam ranah kajian filsafat yaitu kata teo, antropo, eko dan sentris. Secara etimologi, teo berasal dari kata theos bermakna Tuhan. Sedangkan antropo dari kata anthropos, artinya manusia. Kata eko dari kata oikos, artinya habitat/lingkungan. Sementara sentris dari kata center, artinya pusat. Berdasarkan arti etimologi masing-masing kata di atas, maka secara bahasa, teoantropoekosentris dapat diartikan sebagai “yang berpusat pada Tuhan-manusia-lingkungan.

Apa itu Teo Antropo Eko Sentris?

Sederhananya begini, teo itu ketuhanan, berarti kajian tentang tauhid. Antropo itu manusia, kajian tentang hal-hal yang mengatur manusia siapa lagi kalau bukan aturan Allah Swt dalam Al-Quran dan Hadis serta berbagai aturan lain yang sejalan dengan keduanya inilah syariah islam. Eko itu adalah ekosistem disebut juga lingkungan. Manusia hidup di lingkungannya. Lingkungan itu, ada manusia, mahkluk, hewan, tumbuhan (lahiriyah), jin dan malaikat (batihniyah) inilah yang disebut dengan akhlak dan tasawuf. Ketiga hal inikan adalah satu kesatuan yang tidak bisa dilepaskan. Itulah sentris atau center. Bisa juga dimaknai sebagai balance, keseimbangan antara hubungan manusia dengan tuhan, manusia, lingkungannya. pembaca pastinya populer dengan ayat hablum min Allah dan hablum minannas.

Jadi jika demikian cara memahaminya maka teo = tauhid, antropo = syariah/aturan, eko = lingkungan, sentris = keseimbangan. maka sederhananya = keyakinan sesuai dengan aturan dalam hubungan dengan tuhan dan keseimbangan lingkungan (ekosistem). Ini hanya narasi dari hemat penulis saja. Saya “beranggapan” bahwa istilah teoantropoekosentris ini adalah penyederhanaan istilah oleh kalangan ilmuan. Kalau saja ada orang yang lain bertanya apa konsep hiudp anda sebagai muslim? cukup satu kata saja maka jawabannya TEOANTROPOEKOSENTRIS. Kan simple dan sederhana. Jika ingin penjelasan dari berbagai sudut pandang tentunya silahkan saja, Bisa juga dari perspektif pendidikan, ekonomi, sosial, filsafat, dan sesuai keilmuannya. Trilogi ini adalah suatu keumuman bukan suatu yang khas. Cuma kacamata apa yang anda gunakan apakah kaca reben, putih, hitam, lensa, cekung, lensa min. itu terserah anda yang penting paham bahwa itu adalah penyederhanaan istilah saja dari tauhid-syariah-akhlak. atau Iman-Islam-Ihsan, dan lain-lain yang sejalan.

Pendapat Para Ahli

Sebenarnya banyak para ahli yang memunculkan istilah ini namun ada yang teosentis saja, ada yang antroposentis saja, ada juga yang ekosentis saja, namun tidak ada yang menyatukan ketiganya sejauh pencarian penulis. kecuali dari dua yang baru penulis temukan. Kedua ilmuan ini memadukan ketiga konsep itu menjadi satu. Jika ingin ingin membacanya lebih lanjut saya kutip langsung dari tulisannya. Silahkan dibaca.

Prof. Dr. H. Ibrahim Siregar, MCL

Ilmuan ini ( Prof. Dr. H. Ibrahim Siregar, MCL) dengan latar belakang keilmuan di bidang syariah ini, menjelaskan bahwa istilah Teoantropoekosentris ini dijadikan untuk menunjuk paradigma keilmuan yang dikembangkan di IAIN Padangsidimpuan. Dalam literatur keislaman teoantropoekosentris ini terdiri dari al-ilahiyah, al-insaniyah dan al-kauniyah,

Inspirasi pembentukan istilah teoantropoekosentris berasal dari penafsiran Al-Qur`an surat Al-Baqarah ayat 30 dan surat Fussilat ayat 53. Pada ayat pertama mengandung kata kunci yang penting untuk perumusan istilah teoantropoekosentris. Pada surat Al-Baqarah ayat 30 terdapat kata “rabbun“, “khalifah” dan “al-ardh“.

Sementara pada Fussilat ayat 53 terdapat kata “sanurihim”, “afaq” dan “anfus”Rabbun artinya Tuhan atau Allah, khalifah bermakna pemimpin, wakil. Kata khalifah tentu saja maksudnya adalah manusia (al-insan), dan al-ardh artinya bumi atau alam semesta.

Selanjutnya pada ayat kedua, kata “sanurihim” memiliki terjemah “Kami akan memperlihatkan kepada mereka”. Kata “Kami” di sana adalah kata ganti yang bersifat pengagungan (li at-ta’zhim) untuk menyebut Allah itu sendiri. Kata afaq bermakna cakrawala atau alam semesta. Sedangkan anfus bermakna diri, yaitu diri manusia.

Dengan demikian kedua ayat ini menunjukkan tiga subjek penting yaitu Allah, manusia dan alam. Dari sinilah kemudian dirumuskan istilah al-ilahiyah, al-insaniyah dan al-kauniyah. Ungkapan ini tentu sepadan dengan istilah teoantropoekosentris.

Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Teoantropoekosentris

Dr. Anhar, MA

Ilmuan ini (Dr. Anhar, MA) dengan pandangan filsafat dan latar belakang keilmuan bidang filsafat melihat bahwa di dalam integrasi agama dan ilmu. Menurut beliau ini adalah sebuah paradigma lebih dekat kepada konsep “pengilmuan Islam”, yaitu paradigma keilmuan yang fleksibel terhadap ilmu-ilmu sekular yang datang dari dunia Barat. Ilmu-ilmu sekular Barat diposisikan dalam kritisisme nalar yang dipandu oleh wahyu. Dengan demikian ilmu-ilmu sekular Barat dan juga ilmu-ilmu sekular lainnya ¾dari mana pun sumbernya¾ diterima secara kritis-objektif. Al-Quran dan Sunnah dalam konsep ini secara paradigmatif diposisikan sebagai grand theory pengembangan ilmu.

Dalam praksis keilmuan, selain sebagai grand theory, Al-Quran dan Sunnah juga dipandang sebagai sumber ilmu pengetahuan. Sebagai sumber ilmu, maka Al-Quran dan Sunnah diyakini sebagai sumber bagi gagasan, konsep dan teori keilmuan. Tentu saja, secara metodologis dibutuhkan interaksi-dialektis yang intens antara Al-Quran dan Sunnah dengan kekayaan intelektual manusia dan kekayaan rahasia ekologis.

Pada tahap seperti inilah paradigma teoantropoekosentris menunjukkan bentuknya dalam kerja keilmuan. Meski demikian, secara hirarkis, Al-Qur`an tetap menempati posisi sentral dalam pengembangan ilmu. Jika diibaratkan dengan sistem tata surya, maka ilmu-ilmu ilahiyah, ilmu-ilmu nafsiah dan ilmu-ilmu ekologis berposisi sebagai planet yang disinari dan mengitari matahari. Ketiga bidang keilmuan ini tidak pernah keluar dari garis edarnya. Jika keluar dari sistem tata surya keilmuan maka berakibat terhadap chaos-nya sistem keilmuan yang terbangun oleh paradigma teoantropoekosentris.

Sumber: https://anhar.dosen.iain-padangsidimpuan.ac.id/2020/10/integrasi-ilmu-menafsir-paradigma.html

Demikianlah tulisan kali ini, untuk tulisan berikutnya insya Allah nanti akan ada pembahasan selanjutnya. Mari kita belajar bersama dengan memberikan masukan dan kritik dan saran.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *