Banyak kisah para sahabat nabi bertabarruk dengan Rasulullah Saw, bahkan tidak hanya itu, para nabi-nabi sebelumnya, dimana Nabi Muhammad Saw belum dilahirkan sudah bertabarruk dengan nabi terakhir yakni Nabi Muhammad Saw. Inilah suatu kemuliaan Rasulullah Saw sebagai pemimpin manusia. Banyak kisah ini disebutkan dalam hadis-hadis.
Kita tidak tahu apa yang dilakukan para sahabat itu dengan sebotol keringat Nabi Saw. Mungkin ia menyimpannya baik-baik, dan juga menggunakannya sebagai minyak wangi (seperti yang dilakukan oleh Ummu Sulaim).
Umi Sulaim diberi kabar bahwa Rasulullah tidur di rumahnya menggunakan ranjangnya. Maka datanglah Umi Sulaim dan mendapati Nabi berkeringat hingga mengumpul di alas ranjang yang terbuat dari kulit. Lalu Umi Sulaim membuka kotaknya dan mengelap keringat Nabi lalu memerasnya dan memasukkan keringat beliau ke dalam botol, Nabi pun terbangun dan bertanya apa yang dikerjakan oleh Umi Sulaim. Umi Sulaim menjawab bahwa ia mengharapkan berkahnya untuk anak-anak kami. Rasulullah berkata: “Engkau benar.” (HR Muslim dan Ahmad).
Hingga para sahabat juga mewariskan peninggalan benda yang menjadi bagian dari Nabi sendiri, atau pakaian nabi Saw. Sahabat mewariskan kepada ahli warisnya seperti halnya botol yang tersimpan keringat nabi Saw. Walawpun keringatnya sudah tidak ada–dikuburkan bersama jasadnya (seperti yang dilakukan sabahatnya Anas bin Malik).
Para sahabat juga ber-tabarruk dengan barang-barang yang digunakan Rasulullah. Seperti cangkir. Hajjaj ibn Hassan mengatakan, saat itu ia dan gerombolan sedang berada di rumah Anas dan ia membawa cangkir Nabi SAW dari suatu kantong hitam. Ia (Anas Bin Malik) menyuruh agar cangkir tersebut diisi air dan kami minum air dari situ dan menuangkan sedikit ke atas kepala dan juga ke muka kami dan mengirimkan shalawat kepada Nabi SAW. (HR Ahmad dan Ibn Katsir)
Abu Barda meriwayatkan bahwa Abdullah bin Salam berkata padanya terkait gelas Nabi. Saat iu, Abdullah bin Salam menawarkan Abu Barda minum dari gelas yang pernah Nabi Muhammad gunakan. Gelas yang sama sampai ke tangan Umar bin Abdul Aziz dan ia tetap menggunakannya.
Didalam pikirian orang lain atau awam boleh dikatakan ini, ini adalah mungkin khurafat, atau mungkin ini kultus individu? Lantas apakah para sahabat ini telah bidah, atau mungkin para sabahat itu kultus individu? Dari segi pemahaman bahwa kultus individu ini tidak jelas maknanya, terkadang banyak orang menggunakan istilah ini untuk memukul pemahaman tidak sama dengan kita. Tetapi jauh sebelum itu, mungkin kita harus bercermin kepada kisah yang disebutkan di atas.
Muhammad Yusuf Pulungan, (Pendidik di IAIN Padangsidimpuan) menyebutnya dengan pernyataan begini:
“Perbuatan sahabat itu dengan istilah yang sangat jelas yaitu : CINTA. karena kecintaan kepada Rasulullah Saw., Mereka mencintai apa saja yang datang dari beliau, sampai ludah Nabi sekalipun. Karena kecintaan kepadanya, mereka berebutan mengambil lembaran rambut, tetesan air wudhuk, sebelah sandalnya, atau apa saja yang ditinggalkan Nabi Muhammad Saw.”
lebih lanjut dijelaskan oleh Muhammad Yusuf Pulungan yang dikenal dengan Ust. Yusuf Pulungan ini menjelaskan:
“Majnun mencium dinding rumah Layla, ia sebenarnya tidak menyekutukan Allah Swt dengan mengkultuskan rumah Layla. Ia mencium dinding karena kecintaan kepada dia yg berada di balik dinding. Ketika seorang perempuan mendekap pakaian suaminya yang meninggalkannya dan membasahinya dengan linangan air mata, ia sebenarnya tidak terlibat dalam perbuatan syirik. Ia sedang mengekspresikan kerinduannya kepada suaminya. Begitu juga para sahabat dan ratusan ribu jamaah haji setiap tahun yg mencium dinding pusara Nabi Muhammad Saw dengan disertai isakan tangis. Hal ini juga bagi mereka yang menziarahi dan menapaktilasi tempat-tempat bersejarah dari kehidupan Nabi Muhammad Saw. Salah satu ungkapan CINTA ialah mengenang dan memuliakan atsar, yakni apa saja–peristiwa, tempat dan waktu–yang berkaitan dgn orang yang kita cintai.”
Lihatlah bangsa-bangsa yang menegakkan monumen-monumen besar untuk mengenang peristiwa besar, tempat bersejarah, dan momen-momen penting dari pemimpin yang mereka cintai. Karena itulah sangat sukar bagi orang untuk melarang kaum muslimin memperingati Maulid Nabi, Isra’ Mi’raj, Nuzul Quran, Hijrah (WALAWPUN PERINGATAN ITU DISEBUT BID’AH).
Tidak mungkin menghentikan orang Muslim untuk menziarahi makam Nabi Muhammad Saw., Badar, Uhud, Masjid Nabawi dan lain sebagainya (WALAWPUN PERBUATAN ITU DISEBUT SYIRIK SEKALIPUN).
Selama kaum Muslim mencintai Nabi Muhammad Saw., selama itu peringatan dan ziarah akan berlangsung. CINTA yang tulus tidak dapat disembunyikan. CINTA yang sejati merindukan bukti.
ALLOOHUMMA SHALLI ‘ALAA SAYYIDINAA MUHAMMAD WA ‘ALAA AALI SAYYIDINAA MUHAMMAD.
Demikianlah tulisan ini merupakan hasil pemikiran dari Muhammad Yusuf Pulungan yang dikirimkan melalui pesan WhatsApp.
Saya paling suka dengan kalimat ini
Selama kaum Muslim mencintai Nabi Muhammad Saw., selama itu peringatan dan ziarah akan berlangsung. CINTA yang tulus tidak dapat disembunyikan.
CINTA yang sejati merindukan bukti.
Cinta Inilah kadang yang membuat orang ini tidak mengerti. Padahal bahasa cinta itu adalah dari hati yang terdalam…..hehehe…makasih sudah berkunjung…