Kisah Cerita Rakyat Pasundan di balik Wisata Gunung Tangkuban Perahu Lembang Bandung
Penulis kali ini ingin berbagai informasi tentang wisata alam yang terkenal di Lembang Bandung Jawa Barat Indonesia. Awalnya dimulai dari perjalanan dinas bersama dengan teman-teman humas dan panitia dari UIN Syekh Ali Hasan Ahmad Addary Padangsidimpuan untuk perhelatan Pekan Seni dan Olahraga (PESONA I) Tahun 2022 kemarin. Selama 7 hari di bandung kita bekerja mendampingi dan meliput berita tentang pelaksanaan kegiatan nasional PESONA I di UIN Sunan Gunung Djati Bandung.
Ceritanya begini, memang jujur pertama kalinya ke Bandung dan belum tahu seperti apa itu kota Bandung yang legendaris dengan Kota Kembang, Paris Van Java yang menjadi julukan kota itu sejak zaman kolonial konon ceritanya begitu. Waktu ini kita sering diantar oleh supir taxi online, dimana supirnya yang ramah dan bersahaja. Keramahan dan kehalusan bahasa orang Bandung memang terkenal dengan lembut dan ramah kepada siapa saja. Logat Sunda yang melekat dalam jati diri mereka memang santun dan membuat kita nyaman.
Waktu sang supir sambil menyetir, kita coba tanya-tanya tentang seputar kota Bandung. Nah disitulah awalnya kita tahu ada kawasan wisata alam yang legendaris dengan mitosnya yang memang sudah pernah difilmkan dan menjadi cerita rakyat di Tanah Pasundan.


Dimana konon katanya awal dari munculnya Gunung Tangkuban Perahu itu adalah kisah seorang putri yang melahirkan anaknya dan terpisah selama bertahun-tahun hingga si Anak tersebut tumbuh menjadi dewasa yang sakti mandra guna.
Anak tersebut bernama Sangkuriang. Seorang pemuda yang tumbuh dewasa dan memiliki kesaktian. Ia tertarik pada sang putri yang cantik jelita dan awet muda. Ternyata putri tersebut adalah ibu kandung yagn melahirkannya yang Sangkuriang sendiri tidak mengetahui siapa sebenarnya ibunya. Ia dengan berani melamar sang putri yang merupakan ibu kandungnya itu. Namun si Ibu mengetahui bahwa Sangkuriang itu adalah anak kandungnya. Akan tetapi sang tidak ingin pernikahan itu terjadi, maka sang Ibu kemudian memberikan syarat yang tidak masuk akal. Untuk membuatkan perahu dalam waktu satu malam. Secara logika manusia biasa ini memang tidak mungkin selesai. Sangkuriang kemudian menuruti syarat itu dan menyanggupi permintaan sang putri yang merupakan ibunya sendiri.
Ketika malam sudah tiba, Sangkuriang dengan kekuatan dan kesaktiannya memerintahkan mahluk gaib untuk membuat kapal untuk semalam. Seluruh mahluk gaib tersebut dibawah kuasanya Sangkuriang pun bekerja tanpa henti. Melihat hal ini, sang ibu pun kaget melihat kapal tersebut sudah hampir selesai.
Sang putri, Ibu Sangkuriang pun mencari cara agar kapal yang dibuatnya oleh Sangkuriang itu tidak selesai dengan maksud agar pernikahan mereka tidak terjadi. Dengan memerintahkan seluruh penduduk membunyikan pentungan, berkaktivitas di tengah malam, layaknya seperti pagi hari. Aktivitas para penduduk itu, menjadikan ayam pun berkokok layaknya seperti di pagi dini hari. Padahal hari masih tengah malam.
Kejadian penduduk itu pun, membuat para mahluk gaib yang diperintahkan oleh Sangkuriang berlarian dari membuat kapal sehingga kapal tersebut tidak selesai dengan sempurna. Karena para mahluk gaib tersebut menganggap bahwa hari sudah pagi, mereka takut dengan sinar mentari.
Sang ibu pun berhasil menggagalkan pernikahan itu, Akan tetapi Sangkuriang mengetahui hal tersebut adalah ulah dari Sang Putri yang merupakan ibu Kandungnya sendiri. Ia kemudian marah dan menendang perahu tersebut dan terbalik (tangkuban dalam bahasa Sunda artinya terbalik). Rencana pernikahan dengan sang putri pun gagal. Akhirnya perahu yang terbalik itu lama kelamaan menjadi gunung yang disebut gunung Tangkuban Perahu.
Secara singkat begitulah ceritanya, ini yang diceritakan oleh supir kami waktu itu selama menikmati perjalanan menuju Tangkuban Perahu yang sekarang menjadi tempat wisata yang dikunjungi para wisatawan dari mancanegara dan dari berbagai daerah di Indonesia.
Ketenaran cerita antara ibu dengan anak ini memang ada di berbagai daerahnya masing-masing, sebut saja di Padang Sumatera Barat ada Malin Kundang, Si Anak Durhaka, di daerah Mandailing Natal, Sumatera Utara ada Sampuraga, Legenda Anak Durhaka dari Mandailing, di Propinsi Riau adalah cerita rakyat yang disebut Si Lancang, di Kalimantan Barat ada Legenda Batu Menangis, di Kalimantan Selatan ada Legenda Gunung Batu Bangkai, Legenda berjudul Keong Mas ini berasal dari Jawa Timur. Dalam legenda ini menceritakan mengenai seorang putri kerajaan yang dikutuk menjadi seekor keong dengan cangkangnya yang berwarna emas.
Pada intinya bahwa semua legenda ini merupakan cerita rakyat yang dapat kita petik hikmah dibaliknya, meskipun benar adanya atau mitos belaka, selayaknya ini menjadi sebuah ciri khas kearifan lokal yang bisa diambil hikmahnya oleh kita semua.
Pada akhirnya kami bersama dengan teman mahasiswa, humas UIN Syekh Ali Hasan Ahmad Addary Padangsidimpuan sampai di lokasi dalam berbagai perbincangan menarik dari apa yang diceritakan oleh sang supir. Hingga saya bertanya, pak apakah bapak dapat pelatihan untuk menceritakan hal itu, menceritakan berbagai rute dan titik penting di lokasi wisata di Bandung yang luas ini? Menurut saya waktu itu, tidak hanya bercerita tentang legendanya saja tetapi ia mengetahui semua bentuk titik-titik wisata yang ada di Bandung. Jawabannya lebih cepat dari ketikan tangan saya di google map untuk mencari tahu lokasi tersebut. Lantas sang supir menjawab apa yang saya tanya. “ngang Aa..saya teh udah sering di lapangan jadi hafal semua. Insya Allah” dengan nada senyum di wajahnya.
Dalam hati bergumam, ini memang profesional untuk kita, terima kasih rekomendasi supirnya buat UIN Sunan Gunung Djati Bandung yang mempersiapkan semuanya. Hasil dari perjalanan kami saya dokumentasikan dalam video di bawah ini. Selamat menonton ya…