Hal yang Mempengaruhi Profesionalisme Dosen Perguruan Tinggi
Sekilas judul ini memang kejam dan seolah-olah memojokkan dosen yang dianggap sebagai soko guru pendidik generasi bangsa. Guru atau dosen ini memang memiliki tanggung jawab profesional dalam dirinya yang terdiri dari tri dharma perguruan tinggi. Pendidikan, Penelitian dan Pengabdian Masyarakat, inilah yang menjadi tanggung jawab mulia baginya dalam pekerjaannya. Jika ditelisik dalam ranah agama, posisi pendidik atau disebut juga dosen dalam perguruan tinggi ini sangat dimuliakan. Banyak nash yang memuliakannya, bisa anda lihat berbagai nash tersebut di pencarian google dengan kata kunci ‘kemuliaan guru’ atau dengan kata kunci ‘guru dalam hadis’. Secara sosial kemasyarakatan, profesi guru dianggap sebagai orang terhormat.
Setiap manusia memiliki banyak permasalahan, tidak terkecuali jika ia pun seorang yang dianggap terhormat di mata manusia. Semuanya pastilah memiliki kesalahan dan kelemahan, karena manusia di dunia ini memang tidaklah lepas dari kesalahan. Tuntutan profesionalisme para dosen memang terasa sangat berat jika dipahami lebih mendalam, tidak seperti para pengusaha tuntutannya adalah kewajiban membayar royalti dan pajak untuk negara, harga murah barang agar masyarakat dapat membeli, serta perusahaan harus memberikan efek terhadap masyarakat untuk kesejahteraan. Memang agak sama juga dengan dosen, ia harus mampu menjadi orang berguna bagi orang lain, dalam bidang pendidikan, penelitian dan pengabdian diri kepada masyarakat. Inilah yang menjadi tuntutannya profesional.
Ada hal mendasar yang mempengaruhi profesionalisme dosen di perguruan tinggi, yakni
1. Masalah utang pinjaman yang membengkak
Setiap manusia pernah berutang, baik utang besar, kecil, sedang atau hanya ringan, jelasnya pernah berutang, paling tidak berutang budi dengan orang lain. Dosen dengan status PNS pada umumnya banyak menjadi sasaran agen pemasaran untuk memberikan pinjaman. Ini memang hal lumrah karena PNS dosen itu memang memiliki gaji plus tunjangan serta sertifikasi dosen yang kalau diakumulasi angkanya cukup pantastis. sesuai dengan pangkat dan jabatannya. Jika memang dosen PNS ada pinjaman utang, pada dasarnya hal yang wajar, namun yang tidak wajar adalah utang tersebut melebihi hal yang tidak wajar, atau membengkak. Memang jika ingin “menggadaikan pekerjaan” ke lembaga finansial ia harus izin dengan atasan sebagai syarat persetujuan utang pinjaman. ini memang tidak menjadi permasalahan, karena hal ini pastinya diaudit atau diperiksa oleh atasan. yang ribetnya adalah jika memiliki utang pinjaman diluar dari hal itu.
Lantas apa masalahnya dengan profesional dsoen? jika memang hutang dosen membengkak, ini menjadi dosen banyak tingkah. Secara halus memang pastinya dosen akan mengejar pendapatan yang lebih tinggi, terkadang dengan berbagai usaha diluar profesinya. syukur-syukur jika dosen tersebut membuka usaha yang sejalan dengan profesinya. Jika si dosen membuka usaha di luar dari profesinya ini alamat akan mempengaruhi profesinya, karena ia akan sibuk untuk mengurus dan mangatur waktu antara dua profesinya tersebut. Ringkasnya apakah berbeda cara pengajar dosen yang selalu sibuk berbisnis dengan dosen yang fokus pada mengajar saja?. fakto ini memang tidak selalu menjadi yang harus patokan, masih banyak runtututan variabel untuk memberikan penilaiannya, seperti masalah keluarga, saudara, usaha, aset dan sebagainya sesuai dengan alasan para dosennya. namun kenyataannya jika utang sudah menumpuk maka susah hati melayang jiwa merenungnya.
2. Masalah Kemalasan
Kemalasan adalah suatu penyakit jiwa yang bisa dialami oleh setiap manusia. Kemalasan ini menjadi faktor utama sebenarnya keterpurukan manusia dalam berdikari mandiri dan profesional. Jika memang malas muncul susah obat dicari. Layaknya dosen perguruan tinggi, jika sudah terjangkit malas, maka susah dicari obatnya. salah satu contoh kemalasan para dosen-dosen ini dalam bidang akademik saja disebutkan oleh penulis adalah penelitian dan tulisan. Seorang dosen memang dituntut untuk selalu menulis dan meneliti. Kenyataannya profesionalisme dalam tulisan banyak yang “menulis sesuai tuntutan laporan kerja”. Kemalasan dosen ini memang tidak bisa dipungkiri, terkadang dia banyak menyuruh mahasiswa untuk menulis, kenyataanya tulisan mahasiswa diolah menjadi tulisannya. Alasan tidak ada inspirasi, motivasi, dan ide. Inilah yang tidak etis bagi para dosen, jika tidak ada inspirasi silahkan berkolaborasi, jika tidak ada motivasi silahkan berkoordinasi, jika tidak ada ide silahkan cari sendiri.